mak, sekarang udah ke-18 tahunnya hari ibu yang aku
lewatkan bersama mu.
Aku berdoa semoga ini bukan hari ibu yang terakhir, aku
ingin melalui hari ibu tahun esok, esoknya lagi, sampai esok dan esok lagi
tiada henti. Aku sungguh menyayangi mu mak.
Detik ini, nafasku ini kau lah
perantara dari itu semua. Mak .. aku gak tau kapan waktu ku terakhir kali
melihat mu nanti, aku gak tau apakah aku sempat memeluk mu di hari nanti.
Aku
gak tau mak, kapan waktu akan memisahkan dunia antara aku dan kamu. Tapi.. yang
aku tau, aku sangaaaat takut kehilangan mu mak.
Takut sekali…
Aku takut..
Saat sekarang, kau masih ada disana, di kota yang
berbeda dengan ku. Tapi aku masih menangis mengenang mu, aku rindu mak. Aku
rindu.
Tak terbayang ku saat kau sudah tidak bisa ku lihat lagi, apakah aku
hanya menangis? Apakah aku sanggup hidup? Siapa yang akan aku peluk saat aku
rindu pada mu? Siapa yang akan berikan aku secangkir hangat saat aku minum obat
ditengah sakit ku, siapa yang setia mendengarkan celotehku tentang semua kehidupan
ku? Siapa lagi mak…
Aku takut kehilangan mu.
Tuhann.. aku tau aku hanya menyusahkan ia dan selalu
membuat ia gelisah. Aku tau aku hanya membuat ia bercucur keringat dan air
mata. Tapi Tuhan, aku yakin engkau tau rasa sayang ku padanya, jaga dia Tuhan, jangan
biarkan ia hidup terlalu lelah, jaga ia dalam pelukan mu. Sampaikan padanya,
anak gadisnya yang mulai beranjak dewasa ini meneteskan air mata saat menulis
tulisan ini, tanda bahwa anaknya sangat menyayanginya
Medan, 22 Desember
21:44 WIB
Kamar .
Masih untuk nyonya NURLIANA SITOMPUL J
Yang ku cintai sampai mati